MANUSIA berlagak tuhan

i

Kita selau memaki dengan kata yang disadari

Padahal sikap ini penuh dengan caci maki

Aku berikan dua maki yang kita jarang sadari.

Pertama, keraguan.

Ya, benar keraguan kawan.

Keraguan yang remeh tapi bukan hal yang temeh.

Keraguan tak bisa makan di esok hari

Terlalu takut berlauk ikan teri

Keraguanmu adalah hal yang begitu ngeri

Berani memaki Tuhan mu sendiri

Kedua, berandai-andai.

Jangan suka mengungkap seandainya

“Seandainya aku tidak seperti ini dulu”

“Seandainya aku tidak begini dulu”

“Seandainya aku melakukan perintah orang tuaku”

“Seandainya dadaku berbulu”

Diakhiri lagak menjadi Tuhan “pasti aku akan begitu.”

Kata seandaimu,

Adalah memaki takdir namun malu-malu.

ii

Kata-kata makimu itu benalu untuk dirimu

Memakiku dengan kata neraka untukku

Tak ada malu, dengan pengakuan surga untukmu

Sudahku bilang berguru dengan manusia.

Kalau kau berguru dengan manusia maka taak ada maki sia-sia

Surga terlalu besar untuk hanya dirimu saja

Masih lebih dari cukup untuk orang-orang layaknya aku yang berdosa.

Begitu juga neraka terlalu pedih untuk menyiksaku saja.

Masih sanggup siksaannya untuk kamu yang begitu mulia

Merelakan

Hidup ini terlalu kompleks untuk dibicarakan.

Terlalu banyak bab untuk dibahas.

Kali ini aku coba membahas sedikit yang aku tau tentang bab “Merelakan”.

Setiap yang bernyawa pasti akan bersua kematian. Mau tak mau rela ditinggal mati. Namun, tak hanya kematian yg memisahkan. Setidaknya tiga yang aku tau.

Pertama “Waktu”. Dipisahkan waktu dengan seseorang di masa lalu hati ini pasti bisa merelakan.

Kedua “Jarak”. Dipisahkan jarak memang sedikit berat untuk direlakan, setelah bertukar kenangan pasti tiba waktunya untuk berpisah.

Yang terakhir, lebih berat dari dipisah waktu dan jarak, yaitu “Hati”. Walau dekat pada waktu dan jarak yang sama, namun hati yang tak beriring membuat jarak dan waktu yang jauh. Tak bisa aku merelakan terpisah karena hati yang tak beriring.
Ditulis di atas speed dalam perjalanan pulang ke Putusibau dari Bunut.

Sungai Kapuas, 15 Agustus 2017.